Langsung ke konten utama

Resume Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 26 Pertemuan ke-18

Tema              : Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Narasumber   : Bpk. Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd

Moderator      : Ibu Mutmainah




Puji nama Tuhan kegiatan pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 26 sudah memasuki pertemuan yang ke-18. Artinya,  tinggal 2 pertemuan lagi semua peserta  sudah boleh menyusun naskah resume untuk dijadikan buku solo hasil pelatihan, ditambah dengan 10 pertemuan motivasi sebagai penguatan dalam penyusunan buku solo. 

Seperti biasanya kegiatan diawali dengan sapaan hangat dari moderator shalehah Ibu Mutmainah diawal pembuka kelas. sedangkan narasumber malam ini adalah Bpk. Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd yang sering disapa Pak Brian, seorang guru sekolah dasar dari Jakarta yang sangat menginspirasi saya, dan beliau sangat aktif dalam dunia blog di Indonesia. 

Saya pribadi mengenal Pak Brian sejak saya mengikuti kelas beliau dalam program pelatihan kelas dasar blogspot. Saya yang awalnya nol besar dalam dunia blog yang tidak tahu apa itu blog, bagaimana cara menggunakan blog, serta fitur apa saja yang ada di aplikasi blog berkat tangan dingin dan kesabarannya kini menjadi jatuh cinta dengan dunia blog, seperti gadis ABG yang menemukan cinta lama kembali bersemi (kegiatan menulis) dengan cara menuliskan setiap pengalaman yang dialaminya melalui buku diary digital (blog pribadi).

Berikut intisari materi dan tanya jawab yang dapat saya simak dalam pertemuan ke-18 pelatihan belajar menulsi PGRI gelombang 26.

  • Salah satu syarat lulus pelatihan ini adalah menerbitkan buku solo. Penerbit indie menjadi solusi karena kemudahan dalam menerbitkan buku. Namun juga harus memahami bagaimana ketentuan dan cara menerbitkan buku di penerbit indie. 
  • Kini menerbitkan buku dikatakan semakin mudah, karena sekarang ini ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex media, Andi, dll. Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang mencoba mengirim naskah ke beberapa penerbit hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan naskah menjadi makanan sehari-hari penulis. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. Hadirnya penerbit indie bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut, sehingga impian membuat buku solo bisa dengan mudah terwujud.
  • Salah satu keuntungan menerbitkan buku dengan penerbut indie adalah naskah pasti diterbitkan dan proses penerbitan mudah dan cepat. Bagi penulis pemula  tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya-biaya untuk mendapat fasilitas  penerbitan, atau jika ingin cetak ulang, tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.  (Pak Brian sudah menerbitkan 3 buku solo, semuanya di penerbit Indie).
  • Ciri-ciri penerbit indie, dapat digambarkan sebagai berikut..
  • Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie adalah biaya penerbitan, fasilitas penerbitan, batas maksimal jumlah halaman, ketentuan dan biaya cetak ulang, apakah, dapat Master PDF, dan jumlah buku yang didapat penulis. (disesuaikan dengan kondisi/keinginan penulis buku)
  • Pada kesempatan ini Pak Brian termasuk salah satu yang bisa membantu bapak/ibu menerbitkan buku. Dalam hal ini saya membantu menghubungkan ke pihak penerbit, dan melakukan hal ini  untuk para peserta belajar menulis sejak Juli 2020. Pak Brian memiliki rekanan penerbit indie yaitu Penerbit Depok dan Penerbit Malang. Pak Brian merekomendasikan ke-2 penerbit tersebut berdasar pada kinerjanya sudah tidak diragukan lagi, hasil cetakannya bagus. Berikut perbandingan penerbitan buku yang direkomendasikan oleh Pak Brian.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Penerbit Depok cocok untuk bapak/ibu yang memang hanya sekedar menerbitkan buku saja, tidak berencana cetak ulang, sekadar untuk pribadi saja, sehingga  tidak perlu jumlah buku yang banyak. Maka biaya penerbitannya lebih terjangkau. Di sisi lain, Biaya penerbitan yang terbilang murah membuat biaya cetak ulang di penerbit depok cukup lumayan. Sedangkan Penerbit Malang cocok untuk bapak/ibu yang  berencana menjual bukunya, karena jumlah buku yang diberikan lebih banyak. Dengan biaya penerbitan 650.000 terhitung lebih hemat. Jika stok buku habis, bisa cetak ulang lagi dengan biaya cetak per buku lebih murah dibanding penerbit depok.
  • Kelengkapan naskah yang dibutuhkan dalam penerbitan buku indie yaitu : (1) cover ( judul buku dan nama penulis saja), (2) Prakata, (3) daftar isi (tanpa nomor halaman), (4) profil penulis, (5) sinopsis. Semuanya digabung dalam 1 file word.
  • Tips dari Pak Brian mengenai penerbitan buku, jangan menentukan deadline kapan buku harus terbit, karena penerbitan buku memerlukan sebuah proses dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
  • Beberapa karya alumni pelatihan belajar menulis PGRI yang sudah menjadi buku solo dan diterbitkan oleh penerbit Indie rekomendasi dari Pak Brian.
  • Syarat yang ditentukan agar terbitan buku suatu penerbit mendapat ISBN adalah dipasarkan secara luas. Syarat ini sudah otomatis terpenuhi penerbit mayor karena memang bukunya dipasarkan secara luas. Sedangkan penerbit indie harus menyesuaikan syarat ini agar memenuhi ketentuan "dipasarkan secara luas".penerbit mayor utk penjualannya kan di fasilitasi penerbit mayor, sedangkan penerbit Indie penjualan bukunya secara mandirit, dimana dalam pelaksanaannya penerbit indie memasarkan lewat web/medsos/marketplace yang dimiliki.
Clossing Statement dari narasumber pertemuan ke-18 :

Menerbitkan buku sekarang mudah karena ada penerbit indie. 
Jadi jangan takut untuk menerbitkan buku jika kita punya naskah. 
Jangan hanya disimpan di folder dalam laptop saja.
 Siapa tahu orang lain menyukai atau bahkan membutuhkan tulisan kita. 
(Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd)

Lagi.. dan lagi saya dapatkan pengalaman dan ilmu baru tentang penerbit indie, semoga ini menjadi pecut semangat saya untuk menyelesaikan tantangan agar lulus dalam pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 26 dengan menerbitkan buku solo saya. Terima kasih Bapak narasumber dan Ibu moderator, kiranya ilmu yang dibagikan malam ini bermanfaat bagi kita semua. Amin...

Salam sukses dan salam literasi
Gusti Mberkahi

Bandung, 27 Juni 2022
ti2s_mratri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan H7 : Pahlawanku Seutuhnya Part 3

Dering ponselku berbunyi... Kulirik layar ponselku tertera nama orang yang aku sangat kenal. Kuangkat telepon itu, diseberang telepon ada suara lirih ibuku, namun tak jelas pembicaraannya, namun sempat aku tangkap intinya "mamah sakit". Seketika itu aku bangun dari tempat semula aku berbaring, dan mengajak suami serta kedua anakku untuk segera menyiapkan diri bergegas kerumah orang tuaku. Kebetulan saat itu hari Sabtu sore, cuaca mendung, dan kami semua ada di rumah. Suamiku tipe menantu yang sangat sayang pada mertuanya. Mendengar mertuanya sakit beliau segera mencari kunci dan memanaskan mobil. Seraya mengingatkanku membawa bawa baju ganti anak-anak. Akupun segera menarik tas jinjing, dan memasukkan baju ganti anak-anak kedalam tas yang aku bawa. Setelah mengunci pintu dan pagar rumah dan menyalakan lampu teras, kulihat anak-anak juga sudah ada di dalam sana, tak berapa lama mobil mulai melaju, membawa kami ke rumah orang tuaku. Untungnya jarak rumah kami dengan...

RESUME PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI GELOMBANG 26 PERTEMUAN KE-6

Tema             :  Menulis Buku Mayor Dalam 2 Minggu Narasumber   : Bpk. Prof. Richardus Eko Indrajit Moderator        :  I bu Aam Nurhasanah Tak terasa kegiatan pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 26 memasuki pertemuan ke-6, malam ini mengusung tema " Menulis Buku Mayor Dalam 2 Minggu " dengan narasumber Bpk. Prof. Richardus Eko Indrajit  narasumber yang aktif di berbagai seminar, lokakarya, dan penulis buku serta jurnal yang telah dipublikasikan di dalam maupun luar negeri (ternyata beliau merupakan suami dari artis Lisa A. Riyanto, sungguh luar biasa) ,  didampingi moderator Ibu Aam Nurhasanah dari Cipanas, Kab. Lebak Banten yang juga merupakan alumni pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 8, namun karena kesibukkan beliau dan merasa kurang fokus mengikuti kegiatan, beliau mengulang kembali mengikuti pelatihan di gelombang 12 untuk memantapkan ilmunya d...

Resume Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 26 Pertemuan Ke-19

Tema.            : Pemasaran Buku Narasumber : Bpk. Agust Subardana, S.E., M.M Moderator.   : Bpk. Sigid Purwo Nugroho  Selamat malam para pegiat literasi... Kegiatan pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 26 memasuki pertemuan yang ke-19 mengusung tema Pemasaran Buku . Ditemani moderator hebat Bpk. Sigid Purwo Nugroho menyapa kami di pukul 19.00 WIB, tanda kegiatan pelatihan belajar menulis PGRI akan segera dimulai. Dan seperti biasanya grup dikunci agar kegiatan pelatihan secara daring ini bisa kondusif. Narasumber malam ini merupakan direktur marketing penerbit Andi Yogyakarta yang bernama Bpk. Agust Subardana, S.E., M.M yang sudah bergabung dengan penerbit Andi lebih dari 18 tahun lamanya,  (Woww... Luar biasa). Berikut CV yang beliau bagikan dalam kegiatan pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 25-26 malam ini. Sebelum kelas dimulai Bpk.  Sigid Purwo Nugroho selaku moderator mengingat par...