Adanya pandemi covid-19 menuntut pembelajaran dilakukan secara daring dan dalam bentuk pembelajaran jarak jauh, peran orang tua sebagai pendamping belajar menjadi sangat penting bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran siswa. Lalu bagaimana dengan orang tua yang sibuk bekerja? Tentunya diperlukan pendamping belajar yang mumpuni di bidangnya sebagai pengganti peran orang tua dalam mendampingi putra/putrinya belajar.
Sebut saja namanya Miss Nai, saya mengenalnya tidak sengaja, namun ternyata saya punya chemistry tersendiri dengannya. Sosok pendamping belajar yang luar biasa, memiliki dedikasi yang tinggi atas pekerjaannya, dan tentunya beliau mengerjakan apa yang diamanahkan padanya dengan hati yang tulus, dan ikhlas.
Saat itu kelas pelatihan belajar menulis PGRI memasuki pertemuan ke-7 bersama bunda Ditta dan bunda Lely. Karena bertepatan dengan peringatan hari Pancasila ibu Narsum memberikan sebuah tantangan tentang tentang pengalaman pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Saya pun tertarik untuk mengikuti tantangan dan puji nama Tuhan saya menang dalam tantangan tersebut. Ditengah-tengah saya menulis resume pertemuan malam itu, tiba-tiba ada notifikasi WA masuk nilai siswa pada sebuah kegiatan kelompok belajar yang diikuti putra saya, tanpa mengecek nama lengkap nilai yang dikirim via pdf saya klik karena namanya berawalan huruf "J" sama dengan putra saya. Alangkah terkejutnya saya ketika saya lihat nilai yang tertera jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang berlaku untuk kelulusan siswa (apalagi hubungannya dengan nilai ijazah). Naluri saya sebagai guru kelas 6 yang saat itu sedang mengolah nilai ijazah siswa berbicara. Saya coba beri saran guru yang notabenenya masih sebagai mahasiswa agar diberikan kebijaksanaan dalam memberikan nilai dengan pemberian remedial atau sejenisnya, karena ini hubungannya dengan nilai ijazah yang akan menjadi arsip siswa seumur hidup.
Sebenarnya saya tidak mengenal "J" yang memiliki nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal pada umumnya. "J" juga bukan salah satu murid saya, tapi... Malam itu hingga pukul 03.00 pagi saya tidak bisa tidur, masakan siswa sampai tidak lulus hanya karena satu mata pelajaran primer yang seharusnya nilai yang diperoleh haruslah diatas KKM yang ditentukan. Saya mencoba berdiskusi dengan pak suami yang kala itu bertanya-tanya mengapa malam itu saya gelisah dan tidak bisa tidur. Untuk menenangkan saya, pak suami menyarankan agar saya menemui salah satu pimpinan kelompok belajar agar siswa tersebut di berikan kebijaksanaan dalam bentuk tugas atau yang lainnya, dan "J" bisa dinyatakan lulus dari jenjang sekolah dasar sebagimana hak nya sebagai siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran 1 tahun ini. Setelah berdiskusi dengan pak suami akhirnya saya pun bisa sedikit lega, dan tertidur disamping pak suami yang sedang menonton TV hingga pukul 05.00 WIB.
Notifikasi WA masuk di ponsel saya sekitar pukul 05.00 membangunkan saya dari istirahat malam ini yang hanya 2 jam saya nikmati. Ternyata itu dari pendamping belajar "J" yang memperkenalkan diri bernama Miss Nai. Miss Nai bukan orang tua kandung "J" tapi beliau mendapat amanah untuk mendampingi belajar "J" selama ini. Miss Nai mengucapkan terima kasih atas kepedulian saya untuk merekomendasikan "J" mendapat kebijaksanaan penilaian yang diberikan oleh mahasiswa tersebut. Berbekal tanggung jawabnya sebagai pendatang belajar "J" Miss Nai berusaha semaksimal mungkin agar siswa yang didampingi belajar bisa lulus dengan hasil yang maksimal. Apapun akan beliau lakukan asal "J" bisa lulus sebagai bentuk pertanggung jawabannya pada orang tua "J" yang telah menaruh kepercayaan pada dirinya.
Singkat cerita, keesokan harinya saya mulai berdiskusi via telepon dengan pimpinan kelompok belajar tersebut dengan kapasitas saya sebagai guru bukan sebagai orang tua siswa kelompok belajar tersebut. Puji nama Tuhan pimpinan tersebut mengerti dan mau bekerja sama untuk memberikan kebijaksanaan bagi "J" dalam bentuk kegiatan remedial. Saya pun akhirnya lebih intens berkenalan dengan Miss Nai, curcol (curhat colongan) menjadi bumbu tambahan kami chat melalui WA. Jujur saya terinspirasi dengan tanggung jawabnya beliau mendampingi siswanya belajar, walau terkadang beliau harus menurunkan ego nya untuk tidak mementingkan kepentingannya sendiri demi mendampingi siswa bimbingannya berhasil dalam pembelajaran.
Terima kasih Miss Nai untuk pengalaman yang luar biasa yang menginspirasi saya menjadi guru yang mengajar dengan hati, tulus, dan ikhlas dalam menjalankan amanah pekerjaan yang diberikan.
Salam sukses dan salam literasi
Bandung, 27 Juni 2022
ti2s_mratri
Sumber gambar : google
Guru yang sangat bertangungjawab. Meski bukan anak didiknya tapi bunda punya kehawatiran dan empati luarbiasa
BalasHapusPatut dicontoh
Amin... Terima kasih Bu Ovi sudah berkunjung. Salam literasi 🙏
Hapus